Rabu, 25 Februari 2015

PESTA PERANG AIR DI SELAT PANJANG

Salah satu pilihan tepat destinasi wisata untuk Anda dan keluarga di Imlek tahun depan.
Di hari terakhir, hari ke-6 Perayaan Imlek di Selat Panjang, Kabupaten Kep. Meranti, Provinsi Riau, bermula dari pawai berjalan mengelilingi kota, berubah menjadi hiruk pikuk, teriakan kaget, dan heboh makin memuncak tatkala letusan petasan rangkaian kertas berukuran lebih dari 3 meter, tembakan dan lemparan ganat serta bom memecah keheningan di sore hari ini, di salah satu pulau dengan dominasi etnik Tiong Hwa ini.
Tembakan, lemparan granat dan letusan bom itu bukan menghilangkan nyawa, melainkan justru memetikkan tawa canda, riang gembira, karena warga kota, yang adalah masyarakat Tiong Hwa di salah satu Pecinan terbesar di Indonesia ini, merayakan kegembiraan Tahun Baru Imlek sampai pada puncaknya di hari ke-6.
Sebagian besar warga kota turut mengambil bagian. Jika tidak pada posisi pelempar granat air yang dibungkus plastik, atau gelas aqua, tembakan air dari mainan pistol air, atau percikan lembut hingga semburan keras menggunakan pipa penyemprot mobil, dari tepian jalan, mereka memilih berkeliling kota dengan naik Becak Motor beramai-ramai, dengan membawa perangkat 'perang' dan pesta perang air pun makin menyemarakkan pesta yang hampir berlangsung tiap hari pada saat Imlek tiba.
TIdak boleh ada rasa marah, jengkel, dan atau dendam. Baik mereka yang dengan sengaja dilempar, ditembak, dibom, atau tidak sengaja, semua orang mengeksplorasi sukacita dan syukur karena tahun baru tiba.
Tidak hanya anak kecil, remaja, kaum muda, para orang tua, oma opa, laki perempuan, semua berusa turut ambil bagian Pesta setahun sekali yang berlangsung hampir sepekan ini.
Tontonan ini sangat berpotensi menjadi salah satu pilihan bagi wisatawan domestik atau mancanegara. Kehebohan yang berlangsung hampir di seluruh punjuru kota. Tiap orang siap basah, dan siap tidak marah ketika air pun terkena di muka, bahkan basah kuyub. Prosesi yang berlangsung hampir 4 jam ini, seolah enggan usai, Hanya malam tiba saja yang menghentikan sesaat, lalu berganti sukacita yang berbeda, makan bersama dengan para sahabat dan handai taulan. Lalu saatnya tengah malam packing untuk esok hari, banyak warga yang kembali ke kota perantauan untuk kembali bekerja. Dan mereka pun menunda perang air setahun lamanya, untuk kemudian kembali mudik dan pesta yang makin meriah dari tahun ke tahun berulang kembali. Dengan kesan dan cerita yang makin berwarna.
Sampai jumpa di Selat Panjang di tahun depan. (adhikris)