Selasa, 18 Mei 2010

Bapak senang sekali melihat perkembanganmu dalam menulis, Gas. Inisiatif menulis itu memang harus datang dari dirinya sendiri, tatkala kamu sudah bisa memulainya tanpa ada orang lain yang mendorongmu, itu adalah tahap perkembanganmu yang paling bapak suka. Syukur Ibumu sangat telaten mengumpulkan berkas-berkas buku dan kertas-kertas hasil coretanmu. Bersyukur apabila di tengah kesibukan Ibu, ia masih sempat mengetiknya sehingga bapak bisa mengunggahnya ke web portofoliomu.

Kualitas isi tulisan adalah nomor sekian anakku. Yang penting kamu telah dapat secara ajeg mengekspresikan perasaanmu dan pemikiranmu melalui kumpulan diksi yang kau pilih. Bapak perhatikan ketika kamu menulis, kamu jarang sekali menghapus atau mencoretnya. Itu bagus, Le. Berarti kamu telah bisa mengutarakan dengan jujur, tanpa pilah-pilih, setiap kata meluncur, mewadahi pikiran dan arus imajinasimu. meluaup sedikit demi sedikit, hingga berlembar-lembar kertas bisa mencerminkan tautan imajimu.

Langkah berikutnya, kamu sudah bisa memulai dengan memeriksa, apakah tulisanmu itu berguna bagi orang lain atau tidak. Mengingatkan, memelihara, menegur, mengagumi, mendorong, atau menginspirasi orang lain atau tidak? atau sebaliknya itu hanyalah cerita yang mendukakan orang lain? Bagi bapak tidak masalah diksimu belum bagus-bagus ama, susunan kalimatmu kadang masih tidak runtut. Tidak masalah! Yang penting, tulisanmu itu suatu saat bermanfaat bagi orang lain.

Setelah itu tentu kamu harus mulai memikirkan, apakah ide atau gagasanmu itu telah kamu tuangkan dengan menggunakan pilihan kata yang tepat, apakah susunan kalimat runtut, saling terkoneksi, mengalir, menyamankan yang membaca. Apakah isi tulisanmu itu bagai irama lagu, yang kadang mengingatkan dengan keras, menegur dengan lembut, menceritakan subjek dengan lambat, pelan, dan terperinci atau bahkan dengan kata-kata yang pendek, singkat, cepat, dan berarti. Atau mungkin isinya penuh dengan emosi yang meninggikan alis mata atau membuat mata merem, karena ingin merasai perasaan yang katu tuangkan.

Kamu bisa, Gas. Seperti puisimu tentang kesabaran, itu telah membuat bapak terperangah, atau cerpenmu tentang sepak bola, itu seperti kamu bertutur sendiri di depan bapak.

Teruskan, sayang. Meski ada yang belum enak dibaca, tapi itu adalah perjalananmu berkisah dengan jujur. Menggambarkan perasaan dengan terbuka. Menunjukkan semangat yang gigih. Teruslah menulis. bapak akan menemanimu. GBU, My Son!