Sabtu, 09 Oktober 2010

Aku menyukaimu













(Hai, anak-anakku, ini puisi bapak tentang awan yang bapak dedikasikan kepada kalian. Awan, kadang dibenci karena membasahkuyubi manusia, tapi juga membuat takjub manusia karena keindahan yang tersimpan di celahnya. Bersyukurlah atas segala sesuatu, dan belajarlah dari segala sesuatu. GBU, anak-anakku)


Awan mencolek hatiku
Hampir tiap hari kau payungi kepalaku
Hampir tiap hari pula pesona keindahanmu terabaikan
Jarang aku berterima kasih padahal kau yang setia memberikan keteduhan
Makin jarang pula kau kuhargai padahal acap kali memantik inspirasiku

Kadang di sore cerah dan langit biru yang secerah sore
Bermainlah kau, berkejaranlah kau,beriring-iringanlah kau
Bercanda dengan paruh dan sayap burung
Yang mengepak terbang memamerkan keindahan
Kalian dominasi kecerahan, keceriaan, dan kemeriahan ciptaan Allah ini

Awan, kau dengan berbagai rupa nan menawan
Menyimpan kecemburuan dengan menitikkan air, yang menetes, dan membucah
Menghujani kami yang kadang berjalan kaki menghitung koin tersisa di saku, atau
Kami yang berpeluh di atas vario melaju di tengah himpitan beban kerja
Dan kau pun tak peduli menjadi hujan yang tiba-tiba membasahkuyubi tubuh kami

Awan, kau selalu menjadi pedoman kondisi cuaca di bumi
Kau, gumpalan uap air yang terapung mengapung di atmosfer
Putih, kelabu, hitam, menarik hati di langit, menarik langit di hati

Kau yang terbentuk dari molekul-molekul titik air yang tak terhingga banyaknya
Kau menanungi kepala dari panasnya matahari dan dari persoalan tak terhingga banyaknya
Menaungi hati dari panas kemarahan menjadi teduh dan takjub karena tak berkutik kami

Dari titik-titik airmu yang makin memberat membesar
Perlahan-lahan daya tarik bumi menarikmu ke bawah, jatuh menetes membasahi kami
Commulus namamu, kau senang bergumpal membentuk dasarnya horizontal
Stratus panggilanmu, karna kau yang tipis menyebar meluas menutupi langit merata

Cirrus sebutanmu, karna kau yang menyendiri, nampak halus dan berserat, mengkristal esKarena kau dekat dengan bumi yang kupijak, kusaksikan kau
Hai .... Stratokumulus yang tampak kasar, Nimbostratus yang gelap dan berlapis, Stratus yang memepet bumi, tebal dan kelabu
aku menyukaimu!

Hai .... Altokumulus dan Altostratus, kau yang di atas sana, mendengarkah teriakanku
Oh, kupikir tidak, kau Altokumulus yang berkepul-kepul, berlapis dan begelombang tak rata
Ternyata kalian membawa kabar baik, aku bisa mengukur jalan dengan cuaca yang baik.
Hai, Kau Altostratus, kau yang padat, kelabu dan menggelembir seperti air, tidakkah suaraku kau dengar!
Hai, Sirus, Sirokumulus dan Sirostratus di ketinggian sanaapalah aku yang kecil di sini!
Kau, Sirus yang bagai kapas tipis, terima kasih membawa kabar cuaca cerah hari ini
Kau, Sirokumulus yang bagai sisik ikan, dan kau... Sirostratus yang bagai kain putih tipis
Apalah suara kecilku!

Kumulus yang mengelompok bulat dan Kumulonimbus yang mengelompok besar,
Kalian putih hitam beraneka bentuk dan rupa,
Kau kagetkan aku dengan kilat dan petir yang bagai teriakanmu keras dan nyaring mengagetkanku!

Aku menyukaimu!

(adhi, di atas Borneo, 26 Agustus 2010)