Kamis, 14 Februari 2013

Semoga Tulisan Ini Bermanfaaat bagi Kalian Kelas (bagian 2)



POTRET SEKOLAH KRISTEN: BERSINERGI DAN BERKOLABORASI ADALAH SOLUSI EFEKTIF (Bagian 2)

Kondisi sekolah-sekolah Kristen yang tidak pasang tarif mahal, jelas diujung tanduk. Makin lama makin banyak sekolah negeri yang berfasilitas mewah dan murah. Tentu masyarakat meliriknya, karena gratis dan murah masih menjadi 'gulali enak' bagi mereka. Makin bertambahnya kuantitas sekolah negeri yang dibiayai oleh pemerintah, dan makin bertambah pula sekolah Kristen yang tutup, meski menengok sejarahnya sempat menjadi partner pemerintah menjadi sekolah yang punya jaminan kualitas, adalah potret buram bagi para pendiri dan pengurus sekolah Kristen yang sudah tidak mampu membiayai dirinya sendiri. Dalam iman Kristen, ini menjadi tantangan yang mendewasakan, karena tidak bergantung pada kekuatan diri sendiri dan manusia, akan menjadi solusi penting untuk menumbuhkembangkan sekolah Kristen di daerah yang 'hidup segan mati pun tak mau'.

Dalam kondisi serba terbatas dan penuh kekurangan, upaya untuk menggairahkan semangat BERSINERGI dan BERKOLABORASI adalah salah satu solusi efektif untuk memecahkan kebuntuan upaya peningkatan kualitas sekolah Kristen di pelosok dan daerah terpencil. Gambaran ini adalah cermin gairah yang sedang dipelihara dan ditingkatkan oleh berbagai pihak. Anda dengan posisi dan jabatan sebagai apapun, dengan kompetensi di bidang apapun, bisa terlibat mengambil bagian dalam rencana besar untuk membangun pendidikan yang terpuruk, yang sebagian besar telah terjadi dan sedang terjadi di daerah-daerah kantong Kristen di Indonesia.

Di tengah kesibukan mengajar Yuli Kristowati, Guru TIK SMP Kr. YBPK Cabang Mojowarno mengungkapkan betapa ia sangat ingin meneruskan kuliah ke jenjang S-1. “Pak, apakah saya boleh hanya mendedikasikan Rp 100 ribu tiap bulan untuk biaya kuliah ini?”, demikian tanyanya kepada penulis saat mendaftar Program Sarjana Kependidikan Guru dalam Jabatan, SKGJ yang akan diselenggarakan oleh MPK Indonesia yang bekerja sama dengan beberapa Perguruan Tinggi yang diutus pemerintah untuk menyelenggarakan program ini. Wati adalah salah satu peserta program yang akan dicarikankan beasiswa, namun tak serta merta ia akan mendapatkannya. Ia telah lebih dulu mengikuti program perkuliahan webconference TRAMPIL di Jombang untuk bisa menyelesaikan portofolio yang sedang didaftarkannya ke UKSW, salah satu mitra Trampil. Peserta di Surabaya mendapatkan beasiswa dari peran serta Gereja JKI Bukit Zion. Pdt. Ir. Lokky S. Tjahja menungkapkan,” Ini hanya salah satu cara agar gereja ikut serta dalam kegerakan untuk meningkatkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Gereja tidak hanya membangun jemaat secara intern, tapi juga membangun masyarakat agar memiliki dedikasi yang bermutu kepada bangsa dan Negara.”

Besarnya beasiswa tidak 100%, melainkan calon penerima dan yayasan pendidikan yang menaungi calon penerima beasiswa harus lebih dulu berkomitmen, berapa yang sanggup dibayarkan sendiri (baik oleh calon penerima beasiswa mamupun yayasan yang menaungi), setelah itu sisa dana kuliah akan dicarikan oleh penyelenggara TRAMPIL. Wati hanya bergaji Rp 288 ribu sebulan tapi ia telah menunjukkan iman dan komitmennya untuk meraih jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Rekan-rekan Wati di lain sekolah, juga melakukan hal serupa, dengan gaji yang sangat kecil, mereka masih mau menyisihkannya untuk kuliah S-1. Anak-anak Tuhan semacam ini perlu ditolong.

SKGJ Adalah program pertama TRAMPIL yang ditujukan untuk memfasilitasi sekitar 30.000 guru-guru, khususnya yang mengajar di sekolah-sekolah Kristen di seluruh Indonesia untuk mendapatkan gelar sarjana strata-1 seperti yang dipersyaratkan pemerintah sebelum akhir tahun 2015. Dengan menggunakan fasilitas e-learning, TRAMPIL melengkapi guru dengan materi yang berdasarkan Alkitab sambil mempersiapkan portofolio mereka yang dapat dikonversikan (maksimum) 65% dari sks yang dibutuhkan untuk mendapatkan gelar sarjana kependidikan strata-1. Sedangkan sisanya (minimum) 35% dari sks yang dibutuhkan dapat ditempuh dengan cara belajar secara online di universitas yang ditujuk oleh pemerintah, salah satu mitra TRAMPIL.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Dr. Iksan, S.Psi, MM pada 18 Januari 2013 lalu hadir dalam  Peluncuran Program "Save A Teacher", yakni program pemberian beasiswa dari gereja JKI Bukit Zion untuk guru-guru peserta TRAMPIL di Surabaya yang sudah menyelesaikan portofolionya dan siap melanjutkan ke PT mitra kita. Semoga beasiswa ini menjadi "benih" bagi ketersediaan beasiswa bagi banyak guru kita lainnya yang belum S-1. Pada kesempatan itu Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya memaparkan program-programnya dan mengajak agar MPK Wilayah Jatim bersedia bemitra dengan Dinas yang dipimpinnya utk kegiatan pelatihan-pelatihan guru. Sayang karena beberapa hari ini beliau asih sibuk dengan mutasi guru sekolah negeri, maka MoU belum bisa diproses. Semoga kemitraan semacam ini juga bisa terjadi di kota dan kabupaten lain (antara Dinas Pendidikan setempat dgn MPKW-MPKW di banyak propinsi di Indonesia).

Sinergi antarsekolah Kristen juga tampak dalam program Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan. Ini adalah sebuah program yang memfasilitasi guru untuk mengembangkan keprofesiannya secara berkelanjutan melalui e-learning. Seperti yang disyaratkan pemerintah, setiap guru di Indonesia wajib untuk mengembangkan kompetensi mereka secara berkelanjutan dan sesuai dengan jabatan fungsional seperti, guru asisten,  guru junior, guru madya dan guru senior. Disamping mempersiapkan materi pembelajaran berbasis e-learning untuk dipelajari secara mandiri, TRAMPIL juga melakukan webminars untuk tujuan ini. Materi terbaik dapat disiapkan dan disampaikan oleh nara sumber atau guru besar terbaik dari mitra perguruan tinggi TRAMPIL.

Johannes Fitzegerald dan Cesarius Dwianto, guru-guru dari SMP Kristen Tunas Kasih Tarakan yang sengaja menyisihkan waktunya mulai tanggal 31 Januari hingga 8 Februari 2013 untuk mengikuti Fasilitator Training dan Semiloka Pendidikan Nasional yang diselenggarakan oleh Gugus Tugas TRAMPIL Majelis Pendidikan Krisen (MPK) Indonesia, menyatakan mereka sangat membutuhkan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan ini. Mereka juga mendambakan kelas-kelasnya dapat join dalam program TRAMPIL untuk mengikuti Program Pembelajaran Daring (dalam jaringan).

Ini adalah sebuah program untuk menolong siswa-siswa di sekolah menengah atas terutama yang berada di daerah terpencil, khususnya bagi mereka yang tidak memiliki guru mata pelajaran khusus seperti matematika, fisika, biologi, kimia. Guru senior atau guru besar di bidang studinya yang tinggal di kota akan bisa mengajar murid-murid tersebut dengan menggunakan fasilitas webconference. Sekolah Kristen Penabur Jakarta, Sekolah Cita Hati Surabaya adalah dua di antara beberapa sekolah besar di Indonesia yang menyediakan tenaga guru ahli sesuai bidangnya dengan prestasi nasional, untuk mengajar anak-anak sekolah di sekolah terpencil melalui webconference. Sinergi semacam ini sedang digagas dan ditumbuhkan oleh TRAMPIL MPK Indonesia agar pengetahuan makin menyebar luas, bukan hanya untuk para guru yang haus belajar, tapi juga oleh murid-murid yang perlu program pengayaan dengan mendapatkan pelayanan pembelajaran webconference sesuai bidang yang diminati dan diajar oleh guru pakar atau guru ahli.

“GPKPPT mewujudkan mimpi saya untuk menjadi mahasiswa, dan saya semakin dekat dengan cita-cita saya menjadi seorang Psikolog atau Guru Bimbingan Konseling yang kelak ilmu saya akan saya darma baktikan kembali ke desa saya di Tengger,’ ujar Kristina Nugraheni di tengah pelatihan yang diadakan oleh Yayasan Baithani Tengger di Surabaya. Kristina adalah mahasiswa semester 3 jurusan Psikologi Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya bersama 4 rekannya, mereka adalah lulusan SMA Kristen Baithani Tosari dan Nongkojajar, Pasuruan yang sedang menempuh kuliah di Surabaya. Mereka telah hampir 2,5 tahun ini terlibat dalam Program Gerakan Pemuda Kristen Peduli Pendidikan dan Transformasi. Mahasiswa di perguruan tinggi mitra TRAMPIL dan para pemuda Kristen diseluruh Indonesia sangat didorong untuk bergabung dalam gerakan ini. Mereka akan diperlengkapi dengan keterampilan mengajar dan membangun komunitas selama studi mereka di perguruan tinggi. Sebelum kuliah dan setelah kelulusannya, mereka akan mendapatkan pelatihan lebih lanjut sekitar 2-3 bulan dan dikirim ke desa-desa tempat dimana mereka diharapkan untuk melayani sebagai guru dan agen perubahan. Lulusan siswa SMA yang mendaftar di fakultas keguruan dapat juga dilibatkan dalam kegerakan ini.

Program serupa sedang dikembangkan di Sumba Timur. Simon Tanto, pendiri Sekolah Kristen Kasih Agape di Waingapu, Sumba Timur memelopori Gerakan ini, agar pemuda-pemudi Sumba yang pintar berkesempatan untuk melanjutkan kuliah dan pulang kembali membangun desanya. Mantan Kepala SMA Kristen Petra 2 Surabaya dan Koordinator Pendidikan Sekolah Kristen Gloria Surabaya ini, sangat peduli dengan upaya peningkatan kualitas sekolah Kristen di daerah Sumba. Di masa tuanya, ia justru menggunakan sebagian besar waktunya untuk mendidik guru-guru muda di Sumba Timur. Simon Tanto membangun Learning Center di sekolahnya, yang diresmikan oleh Gubernur NTT pada 11 Januari 2013 lalu, memang ingin mempersembahkannya untuk pendidikan di Sumba. Dengan tulus dan senang hati, ia mengundang siapapun boleh belajar dan menggunakan fasilitas learning center di sekolahnya, yang merupakan salah satu pusat belajar dengan fasilitas yang sangat lengkap dan telah diuji dalam banyak kali pertemuan webconference Surabaya – Waingapu. Kejelasan suara dan gambar, makin menimbulkan antusiasme para guru di Waingapu untuk belajar dari sekolah-sekolah yang sudah maju. Ini adalah bentuk sinergi antarsekolah yang dibangun di atas pondasi ketulusan. Sekolah-sekolah yang terlibat berusaha untuk saling membangun dan berbagi. Potret sinergi ini bagai harapan yang terbit di antara mendungnya kualitas pendidikan di Indonesia, bagai oase bagi sekolah-sekolah yang pernah merasa begitu sulitnya menjalin kerjasama yang saling memberdayakan.

“Mari terus proaktif dalam upaya pembaruan spirit membangun sekolah secara sinergis dan kolaboratif. Masyarakat pun bisa ambil bagian dalam program pendidikan secara real dan konkret,“ demikian ajak Takim Andriono, Phd, Ketua 1 MPK Indonesia.  Program Pemberdayaan Pemimpin dan Masyarakat adalah salah satu wadahnya. Dengan memanfaatkan ICT Learning Centers yang ada, program pemberdayaan dapat juga dilakukan dalam bentuk webseminar atau video streaming untuk para pemimpin gereja, anggota yayasan sekolah Kristen, perawat, dan anggota komunitas yang lain. Gereja dan sekolah Kristen diundang untuk bergabung dalam program ini untuk memperlengkapi pemimpin, orang tua dan profesional mereka yang lain dengan materi pembelajaran yang transformatif.

Berita baik untuk para pemuda di daerah yang belum berkesempatan melanjutkan pendidikan di jenjang Perguruan Tinggi adalah adanya Program Pendidikan Tinggi Indonesia berbasis Gereja dan Masyarakat.Program ini menyediakan kesempatan bagi para lulusan SMA yang potensial di daerah terpencil untuk belajar secara online di perguruan tinggi lokal sambil mulai terlibat dalam proyek yang sifatnya transformatif, seperti pertanian modern, eco-pariwisata, pengembangan kerajinan tradisional lokal dan kegiatan kreatif ekonomis lainnya. Perguruan tinggi lokal akan didukung oleh mitra perguruan tinggi TRAMPIL sebagai sebuah konsorsium. Gereja, pelaku bisnis dan komunitas Kristen dalam skala besar diharapkan memainkan peran penting untuk menjamin proses perubahan terjadi secara menyeluruh di area ini.

“Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus” (Galatia 6: 2). Mari rapatkan barisan, gumregah makaryo cancut tali wondo!

(Adhi Kristijono, M.Pd, Associate Director for Program Delivery, Gugus Tugas TRAMPIL, Majelis Pendidikan Kristen_MPK Indonesia) 

1 komentar:

judi bola mengatakan...

sekolah negeri sekarang bukan murah lagi..tapi sudah digratiskan. nah sekarang bagaimana sekolah2 swasta bersaing. dengan harga mahal dan fasilitas lengkap dan bisa memberi siswa2 betah belajar di sna.