Jumat, 20 Agustus 2010

Refleksi Kepemimpinan Sekolah

Refleksi Kepemimpinan Sekolah

Anakku, Raras dan Gagas, bapak mau berbagi cerita hari ini. Tahukah kalian hati bapak sangat sedih dan kecewa melihat sebuah sekolah dengan potensi besar, dengan jumlah murid yang luar biasa banyak, dengan guru yang sangat banyak dan guru-guru itu banyak yang sangat berpotensi, sekarang sekelompok kecil pimpinannya di tingkat yayasan (sebagian orang) dan di tingkat eksekutif tidak memperlakukan kepala-kepala sekolahnya sepantasnya profesi dan jabatan kepala sekolah. Mereka telah memperlakukan para gurunya dengan kurang 'manusiawi' atau lebih tepatnya tidak sesuai dengan proporsi thd profesi GURU atau lebih tepatnya mereka telah memberikan kebijakan yang sangat 'manusiawi' menurut versi mereka. Mereka telah memberlakukan banyak kebijakan yang sangat kontraproduktif dengan misi pendidikan, apalagi ini pendidikan Kristen yang mustinya patut menjadi tolok ukur keberhasilan bagi negeri ini. Lucunya, tatkala dikritik, malah balik mengkritik! Ini memang subjektif, menurut bapak. Pasti ini salah menurut mereka.

Ah, kalian tentu sekarang belum bisa mengerti curhat bapak ini. Kalian mungkin berpikir bapak salah sasaran curhat kepada kalian tentang problem ini. Tidak anakku, tidak, bapak tidak salah sasaran, bapak memang betul-betul ingin curhat kepadamu. Kelak kalian akan tahu mengapa bapak tidak utarakan ini kepada ibumu, tidak juga kepada guru-guru di sekolah itu, tidak juga kepada para kepala sekolah di yayasan itu, tidak juga kepada para eksekutif bahkan para pengurus di yayasan itu. Kenapa? Karena memang bapak tak punya kuasa, tak punya akses masuk ke sana! Bapak ingat mimpi ******, seorang dosen *** yang barusan sekamar dengan bapak selama 5 hari berlatih kepemimpinan di Pacet, Mojokerto. Tahu mimpi apa itu? Ia ingin menjadi pengurus yayasan sekolah itu. ******, orang muda berbakat dari Indonesia Timur itu, melihat sekolah ini punya beberapa pemimpin yang sombong. Mereka dikritik, tapi malah balik mengkritik. Sekarang bapak memahami mimpinya!

Sekarang bapak cukup curhat kepadamu saja. Menyuarakan kebenaran dalam proses membangun sekolah, ini kan hak warga negara. Nah, izinkan bapakmu ini curhat di blog kalian ini.

Kalian punya mempunyai usul mengenai bagaimana sekolah ini bisa lebih efektif membantu para siswa? Membantu para Guru dan Kaseknya? Pasti jawaban kalian sederhana dan sama untuk pertanyaan bagaimana cara membantu sesama di dunia ini. Jawabannya ada di Alkitab. Konsep Kepemimpinan yang berdampak besar dan positif hanya terdapat dalam Alkitab, tentu saja Kristus Yesus adalah teladan utama mengenai kepemimpinan. Dan masih banyak tokoh lain seperti Nehemia dan Daniel dengan integritas dan semangat menggelora melakukan banyak perubahan untuk negerinya.

Ada banyak poin-poin positif yang terdapat dalam sekolah tsb. Guru yang mumpuni, input murid yang udah pintar dari sononya, fasilitas lengkap dalam pembelajaran, dan pengalaman bertahun-tahun menguasai pangsa pasar pendidikan di propinsi ini. Namun sayang kepala-kepala sekolah yang dulunya adalah para guru yang hebat di sekolahnya, profil pemimpin yang mustinya mampu menyuarakan aspirasi para gurunya, sekarang tak punya kuasa untuk melakukan perubahan, karena sistem komunikasi yang bermasalah berat. Ada distorsi pesan kepemimpinan, ada misscomunication, ada cara yang salah kaprah dalam memperlakukan para kepala sekolah, hingga para kasek ini menjadi ‘boneka’ di sekolahnya, karena tak mampu melakukan perubahan yang sifnifikan. Siapa yang salah, jelas yang salah pertama kali adalah ketua yayasan, lalu direktur pendidikannya, lalu para staf yayasan yang tak bisa meluruskan kesalakaprahan itu, lalu para mitra kerja direktur pendidikan dan stafnya, lalu kepala sekolah yang tak berani meluruskan keadaan dengan cara yang tegas meski untuk itu harus membayar mahal dengan jabatannya, dan lalu guru. Lho kok guru? Iya, kalo ada kesalahan dalam sistem persekolahan dan guru-gurunya tidak kompak menyuarakan nuraninya, maka membiarkan kesalakan itu terjadi adalah sebuah
model kesalahan lain.

Wah, mengapa bapak kok menyalahkan semua orang itu? Lalu bapak punya salah apa? Jelas, bapak juga salah karena sebagai praktisi pendidikan, pengamat pendidikan, yang mustinya sejak dulu bapak bersuara, baru sekarang bapak unjuk suara. Emang sudah lumayan terlambat, tapi tidak mengapa, meksi hanya hal kecil yang bisa bapak lakukan, bapak akan lakukan hal kecil itu dengan apa yang bapak tahu. Yang penting bukan apa yang bapak tahu, melainkan apa yang bapak lakukan dengan apa yang bapak tahu itu. Wah kalo
Ini sih adalah komitmen bapak dan teman-teman bapak yang baru belajar bersama di pacet tempo hari.

Kalian tahu poin apa yang menurut kalian perlu peningkatan atau prioritas penanganan?
1. Mereposisi pemimpin-pemimpin yang tidak efektif, atau pemimpin yang sering menjadi sumber masalah. Hanya orang yang rendah hati saja yang bisa mengerti letak kesalahannya, tapi salah seorang pemimpin lainnya, yang sebenarnya udah cukup bagus bekerja, dengan arogan dan merasa diri sudah benar, justru mencemooh seorang pengamat. Apa dia lupa bahwa tidak ada tontonan sepak bola yang bagus jika tidak ada seorang komentor. Ini malah menyalahkan komentator bola dan menyuruh komentator tsb main bola. Ini gila! Sungguh zaman edan.

2. Ketua yayasan mustinya bisa bersikap tegas, lebih berani turun ke lapangan untuk mencari tahu track record anak buahnya yg diserahi ngurus bagian pendidikan ini. Sayang sekali, ada banyak perilaku melenceng dari anak buahnya ini, dibiarkan bahkan malah didukung oleh mereka, para pengurus yayasan. Mustinya ketua yayasan tahu, bahwa pengembangan karakter di sekolahnya tak akan pernah berhasil jika sosok pemimpinnya masih merupakan orang yang melakukan perilaku tak terpuji, mengganggap diri Bos, tidak menghargai kepala sekolah, tidak bisa berlaku ramah dengan kalimat-kalimat yang sopan kepada para guru dan karyawan, dan masih banyak lagi, biarlah sang ketua yayasan yang mencari tahu sendiri.

3. Pemimpin-pemimpin itu haruslah berani mengakui kesalahan, kesalahan dalam merancang sistem remunerasi yang berakibat melukai dan menyakiti, menurunkan semangat dan etos kerja guru. Kesalahan dalam memperlakukan anak buah, kesalahan dalam memperlakukan kasek dan guru. Kesalahan membuat sistem kepemimpinan di tingkat sekolah yang tidak berkembang, sentralitas yang bikin masalah di sekolah makin carut marut, kebijakan sendiri yang sering direvisi dan tidak tegas mengakui bahwa itu adalah kesalahan prosedur dari tingkat atas, dan masih banyak lagi, biarlah mereka mau rendah hati untuk turun ke lapangan membuka diskusi/tanya jawab dengan para guru dan kasek. Tapi bapak tidak yakin ketua yayasan dan staf serta eksekutifnya berani melakukannya secara terbuka di unit-unis sekolah.

Nomor 4 dst masih ada, tapi itu cukup bapak aja yang tahu sementara ini. Suata saat tentu akan bapak ceritakan.

Sebagai pemimpin di sekolah Kristen tentu kalian tahu bagaimana seseorang menyampaikan kesaksian sesuai iman Kristen. Sekolah Kristen akan menjadi jatuh, jika sang pemimpin tidak punya integritas dan kepekaan thd lingkungan. Penelitian dan pengembangan teori kepemimpinan harus diseleksi berdasarkan kebenaran Firman Tuhan dan kemudian melalui pengalaman pribadi. Informasi itulah yang akan membantu kita menjadi seorang pemimpin yang kompeten dan sesuai dengan petunjuk Allah. Nah, ini ilmu yang bapak dapatkan dari Dr. Santoso Setiadji, seorang pemimpin yang sangat rendah hati di Jakarta sana. Pemimpin Kristen menekankan karakter, jika ia tak berkarakter baik, maka senantiasa muncul persoalan bertubi-tubi dalam sekolahnya.

Dan Pemimpin pendidikan di sekolah yang penuh masalah ini ternyata tidak melakukan prinsip-prinsip kepemimpinan yang benar. Ia tidak memiliki kerendahan hati, tidak memiliki hasrat melayani yang betul-betul tulus, tidak memusatkan perhatian pada orang lain, dan tidak melakukan internalisasi Kasih.

Jika seorang pemimpin sudah berusaha meningkatkan karakternya, maka kepercayaan yang merupakan inti dari kredibilitas seorang pemimpin akan didapatinya. Orang melihat pemimpin sepanjang waktu, apa yang ia lakukan, ia katakan, itu diamati oleh pengikutnya. Kepercayaan harus diraih, bukan diperoleh karena kedudukan tetapi karena respect yang muncul dari hati yang paling dalam. Pemimpin yang sudah kehilangan respect itu adalah jalan menuju kejatuhan.

Anak-anakku, mengapat karakter membangkitkan rasa hormat, dan yang lebih penting lagi menumbuhkan kepercayaan? Orang mengikutimu sebagai pemimpin bukan misi atau visimu saja. Tetapi karena kalian adalah seseorang yang selalu menuhi janji, berusaha keras mengatakan kebenaran, dan justru bukan penyebar kepahitan dan kata-kata yang menyakiti. Bertanggung jawab jika mengalami kegagalan, dan justru bukan mencari kambing hitam, melainkan dengan cepat melakukan perbaikan setelah menampung aspirasi dari para anak buahnya.

Jangan kamu heran kalau menemui pemimpin yang seperti deskripsi di atas, karena pemimpin yg seperti itu memang tak pernah mau belajar dari kejadian buruk sebelumnya. Judul buku yang terakhir dia baca dan mampu membantunya secara spiritual, mungkin sudah tidak dia ingat lagi. Tak ada kerendahan hati untuk belajar dan banyak mendengar. Di toko buku ada banyak buku untuk meningkatkan kecakapan profesional seorang pemimpin. Namun bapak ragu jika pemimpin ini suka membacanya. Apalagi menyebutkan judul atau topik artikel yang baru-baru ini telah dia baca dan mampu membantunya untuk tumbuh secara profesional. Itu semua tidak terlihat dalam perilakunya. Bahkan seminar yang terakhir diikuti selalu diabaikan dan dianggap tidak cukup memperlengkapinya sebagai seorang pemimpin. Wah, bapak tampak keras ya.... rasanya enggak juga sih kalo kalian tahu dampak yang telah diakibatkannya, yang telah membuat banyak guru menangis itu, tentu kalian sepakat dengan bapak, kalau bapak harus menyuarakan ini, meski sekarang baru kepada kalian saja. Semoga kalian tidak bosan mendengar dan membaca curhat bapak. Terima kasih untuk kepedulianmu, anak-anakku.

Kalau suatu saat kalian mengajar di Sekolah Kristen, apa yang merupakan karakteristik utama dan menjadi ciri khas suatu Sekolah Kristen dibanding sekolah negeri atau swasta lainnya? Salah satu ciri khasnya adalah di sekolah Kristen itu setiap orang berlomba-lomba untuk membuahkan buah-buah ROH. Bukan membuahkan atau memunculkan peperangan, menimbulkan kebencian, menurunkan spirit pelayanan, dan bahkan ada upaya yang membatasi ROH KUDUS bekerja di sekolah. Cara kepemimpinan yang berlawanan dengan karakter Yesus, adalah upaya untuk membuat sekolah menjadi carut marut. Ini bisa dilakukan oleh bukan hanya orang luar, tetapi orang dalam sendiri bisa melakukan ini. Dan para pemimpin sekolah itu bisa merusak sekolahnya sendiri. Para pemimpilah yang paling berperanan jika ada sebuah sekolah tidak harmonis.

Lalu anakku, apa yang kau lakukan agar atmosfer sekolah dan kelas sesuai untuk belajar? Jika kau jadi pemimpin atau guru, mulailah dengan meminta hikmat kepada Tuhan untuk mengerti bagaimana memulai sebuah langkah pembaruan dengan goal setting yang jelas. Lakukan dengan disiplin dan tegas. Tidak kompromi dengan kelemahan diri. Namun sangat fleksibel dalam bekerja sama. Semua bekerja dengan senang, semua belajar dengan senang, itulah tujuan akhirnya di kelas. Karena jika kesenangan, kenyamanan, dan dukungan telah diperoleh, seseorang akan punya inisiatif tinggi untuk memulai revolusi. Perubahan secara radikal, dan atau evolusi boleh dipilih sesuai kebutuhan.

Bagaimana mungkin bisa mendisiplinkan guru dan siswa kalau seprang pemimpin tidak berdisiplin mematuhi cara komunikasi yang diperkenankan oleh Tuhan. Tidak melakukan komunikasi dengan caranya sendiri. Apalagi sak karepe dewe!

Pemimpin harus belajar kembali memulai ke titik nol, jika mengalami sebuah indisipliner, yakni antara lain: daftarlah pengalaman, keterampilan, atau kecakapan yang diyakini cocok dan sangat dibutuhkan untuk pekerjaan atau program pengembangan pendidikan di sekolah tsb. Seorang pemimpin sekolah dan atau guru patut mengingat ketika memimpin seorang, baik anak-anak atau kaum muda Gereja kepada Kristus. Biarlah cara Tuhan yang bekerja, kita manut sesuai kehendaknya.

Kualitas apa yang para guru miliki – sehingga mampu meningkatkan kualitas kerja tim dan prestasi sekolah? Setinggi-tingginya kualitas guru, kalau tidak didukung situasi dan kondisinya oleh para pengurus yayasan dan eksekutif, maka team work gagal! Sekolah tidak berprestasi, atau prestasi makin anjlok, dan masyarakat tidak simpati, dan tidak lagi mau mengirim anaknya ke sekolah tsb.

Jika kalian adalah guru, lalu mendengar bisik-bisik seorang rekan kerjamu yang mengatakan secara negatif sekitar kebijakan sekolah kepada rekanmu guru yang lain atau seorang siswa, apa yang akan kalian lakukan? Berdialoglah. Kepada siapa pun mulailah berdialog, dan pecahkan bersama. Pemimpin harus mau turun lapangan untuk mendengar masalah dari sudut pandang seorang Tukang Parkir sekalipun.

Jadi apa yang terbaik untuk dilakukan sekarang? Teruskanlah suara pembaruan! Giatlah melakukan perubahan! Terbukalah dengan kritik dan saran. Lakukan dengan tegas perbaikan diri dan penyempurnaan. Biarlah hasil keras kita yang tentu masih banyak kelemahan, Tuhan yang sempurnakan.

Selamat belajar, Raras dan Gagas, anak-anak bapak dan ibu, yang sangat kami kasihi! GBU seperti selalu!

Dan meski bapak hanya pengamat, jangan suruh bapak main bola ya! Jarang ada pengamat bola di bumi ini yang aktif juga bermain di lapangan. Tapi juga jangan lupa, bapak adalah pengamat dan pemain bola di lapangan. Lapangan yang tersebar di negeri tercinta, yang hanya mudah dimengerti oleh rekan-rekan seperjuangan.