Kamis, 14 Februari 2013

Semoga Tulisan Ini Bermanfaaat bagi Kalian Kelas (bagian 2)



POTRET SEKOLAH KRISTEN: BERSINERGI DAN BERKOLABORASI ADALAH SOLUSI EFEKTIF (Bagian 2)

Kondisi sekolah-sekolah Kristen yang tidak pasang tarif mahal, jelas diujung tanduk. Makin lama makin banyak sekolah negeri yang berfasilitas mewah dan murah. Tentu masyarakat meliriknya, karena gratis dan murah masih menjadi 'gulali enak' bagi mereka. Makin bertambahnya kuantitas sekolah negeri yang dibiayai oleh pemerintah, dan makin bertambah pula sekolah Kristen yang tutup, meski menengok sejarahnya sempat menjadi partner pemerintah menjadi sekolah yang punya jaminan kualitas, adalah potret buram bagi para pendiri dan pengurus sekolah Kristen yang sudah tidak mampu membiayai dirinya sendiri. Dalam iman Kristen, ini menjadi tantangan yang mendewasakan, karena tidak bergantung pada kekuatan diri sendiri dan manusia, akan menjadi solusi penting untuk menumbuhkembangkan sekolah Kristen di daerah yang 'hidup segan mati pun tak mau'.

Dalam kondisi serba terbatas dan penuh kekurangan, upaya untuk menggairahkan semangat BERSINERGI dan BERKOLABORASI adalah salah satu solusi efektif untuk memecahkan kebuntuan upaya peningkatan kualitas sekolah Kristen di pelosok dan daerah terpencil. Gambaran ini adalah cermin gairah yang sedang dipelihara dan ditingkatkan oleh berbagai pihak. Anda dengan posisi dan jabatan sebagai apapun, dengan kompetensi di bidang apapun, bisa terlibat mengambil bagian dalam rencana besar untuk membangun pendidikan yang terpuruk, yang sebagian besar telah terjadi dan sedang terjadi di daerah-daerah kantong Kristen di Indonesia.

Di tengah kesibukan mengajar Yuli Kristowati, Guru TIK SMP Kr. YBPK Cabang Mojowarno mengungkapkan betapa ia sangat ingin meneruskan kuliah ke jenjang S-1. “Pak, apakah saya boleh hanya mendedikasikan Rp 100 ribu tiap bulan untuk biaya kuliah ini?”, demikian tanyanya kepada penulis saat mendaftar Program Sarjana Kependidikan Guru dalam Jabatan, SKGJ yang akan diselenggarakan oleh MPK Indonesia yang bekerja sama dengan beberapa Perguruan Tinggi yang diutus pemerintah untuk menyelenggarakan program ini. Wati adalah salah satu peserta program yang akan dicarikankan beasiswa, namun tak serta merta ia akan mendapatkannya. Ia telah lebih dulu mengikuti program perkuliahan webconference TRAMPIL di Jombang untuk bisa menyelesaikan portofolio yang sedang didaftarkannya ke UKSW, salah satu mitra Trampil. Peserta di Surabaya mendapatkan beasiswa dari peran serta Gereja JKI Bukit Zion. Pdt. Ir. Lokky S. Tjahja menungkapkan,” Ini hanya salah satu cara agar gereja ikut serta dalam kegerakan untuk meningkatkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Gereja tidak hanya membangun jemaat secara intern, tapi juga membangun masyarakat agar memiliki dedikasi yang bermutu kepada bangsa dan Negara.”

Besarnya beasiswa tidak 100%, melainkan calon penerima dan yayasan pendidikan yang menaungi calon penerima beasiswa harus lebih dulu berkomitmen, berapa yang sanggup dibayarkan sendiri (baik oleh calon penerima beasiswa mamupun yayasan yang menaungi), setelah itu sisa dana kuliah akan dicarikan oleh penyelenggara TRAMPIL. Wati hanya bergaji Rp 288 ribu sebulan tapi ia telah menunjukkan iman dan komitmennya untuk meraih jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Rekan-rekan Wati di lain sekolah, juga melakukan hal serupa, dengan gaji yang sangat kecil, mereka masih mau menyisihkannya untuk kuliah S-1. Anak-anak Tuhan semacam ini perlu ditolong.

SKGJ Adalah program pertama TRAMPIL yang ditujukan untuk memfasilitasi sekitar 30.000 guru-guru, khususnya yang mengajar di sekolah-sekolah Kristen di seluruh Indonesia untuk mendapatkan gelar sarjana strata-1 seperti yang dipersyaratkan pemerintah sebelum akhir tahun 2015. Dengan menggunakan fasilitas e-learning, TRAMPIL melengkapi guru dengan materi yang berdasarkan Alkitab sambil mempersiapkan portofolio mereka yang dapat dikonversikan (maksimum) 65% dari sks yang dibutuhkan untuk mendapatkan gelar sarjana kependidikan strata-1. Sedangkan sisanya (minimum) 35% dari sks yang dibutuhkan dapat ditempuh dengan cara belajar secara online di universitas yang ditujuk oleh pemerintah, salah satu mitra TRAMPIL.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Dr. Iksan, S.Psi, MM pada 18 Januari 2013 lalu hadir dalam  Peluncuran Program "Save A Teacher", yakni program pemberian beasiswa dari gereja JKI Bukit Zion untuk guru-guru peserta TRAMPIL di Surabaya yang sudah menyelesaikan portofolionya dan siap melanjutkan ke PT mitra kita. Semoga beasiswa ini menjadi "benih" bagi ketersediaan beasiswa bagi banyak guru kita lainnya yang belum S-1. Pada kesempatan itu Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya memaparkan program-programnya dan mengajak agar MPK Wilayah Jatim bersedia bemitra dengan Dinas yang dipimpinnya utk kegiatan pelatihan-pelatihan guru. Sayang karena beberapa hari ini beliau asih sibuk dengan mutasi guru sekolah negeri, maka MoU belum bisa diproses. Semoga kemitraan semacam ini juga bisa terjadi di kota dan kabupaten lain (antara Dinas Pendidikan setempat dgn MPKW-MPKW di banyak propinsi di Indonesia).

Sinergi antarsekolah Kristen juga tampak dalam program Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan. Ini adalah sebuah program yang memfasilitasi guru untuk mengembangkan keprofesiannya secara berkelanjutan melalui e-learning. Seperti yang disyaratkan pemerintah, setiap guru di Indonesia wajib untuk mengembangkan kompetensi mereka secara berkelanjutan dan sesuai dengan jabatan fungsional seperti, guru asisten,  guru junior, guru madya dan guru senior. Disamping mempersiapkan materi pembelajaran berbasis e-learning untuk dipelajari secara mandiri, TRAMPIL juga melakukan webminars untuk tujuan ini. Materi terbaik dapat disiapkan dan disampaikan oleh nara sumber atau guru besar terbaik dari mitra perguruan tinggi TRAMPIL.

Johannes Fitzegerald dan Cesarius Dwianto, guru-guru dari SMP Kristen Tunas Kasih Tarakan yang sengaja menyisihkan waktunya mulai tanggal 31 Januari hingga 8 Februari 2013 untuk mengikuti Fasilitator Training dan Semiloka Pendidikan Nasional yang diselenggarakan oleh Gugus Tugas TRAMPIL Majelis Pendidikan Krisen (MPK) Indonesia, menyatakan mereka sangat membutuhkan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan ini. Mereka juga mendambakan kelas-kelasnya dapat join dalam program TRAMPIL untuk mengikuti Program Pembelajaran Daring (dalam jaringan).

Ini adalah sebuah program untuk menolong siswa-siswa di sekolah menengah atas terutama yang berada di daerah terpencil, khususnya bagi mereka yang tidak memiliki guru mata pelajaran khusus seperti matematika, fisika, biologi, kimia. Guru senior atau guru besar di bidang studinya yang tinggal di kota akan bisa mengajar murid-murid tersebut dengan menggunakan fasilitas webconference. Sekolah Kristen Penabur Jakarta, Sekolah Cita Hati Surabaya adalah dua di antara beberapa sekolah besar di Indonesia yang menyediakan tenaga guru ahli sesuai bidangnya dengan prestasi nasional, untuk mengajar anak-anak sekolah di sekolah terpencil melalui webconference. Sinergi semacam ini sedang digagas dan ditumbuhkan oleh TRAMPIL MPK Indonesia agar pengetahuan makin menyebar luas, bukan hanya untuk para guru yang haus belajar, tapi juga oleh murid-murid yang perlu program pengayaan dengan mendapatkan pelayanan pembelajaran webconference sesuai bidang yang diminati dan diajar oleh guru pakar atau guru ahli.

“GPKPPT mewujudkan mimpi saya untuk menjadi mahasiswa, dan saya semakin dekat dengan cita-cita saya menjadi seorang Psikolog atau Guru Bimbingan Konseling yang kelak ilmu saya akan saya darma baktikan kembali ke desa saya di Tengger,’ ujar Kristina Nugraheni di tengah pelatihan yang diadakan oleh Yayasan Baithani Tengger di Surabaya. Kristina adalah mahasiswa semester 3 jurusan Psikologi Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya bersama 4 rekannya, mereka adalah lulusan SMA Kristen Baithani Tosari dan Nongkojajar, Pasuruan yang sedang menempuh kuliah di Surabaya. Mereka telah hampir 2,5 tahun ini terlibat dalam Program Gerakan Pemuda Kristen Peduli Pendidikan dan Transformasi. Mahasiswa di perguruan tinggi mitra TRAMPIL dan para pemuda Kristen diseluruh Indonesia sangat didorong untuk bergabung dalam gerakan ini. Mereka akan diperlengkapi dengan keterampilan mengajar dan membangun komunitas selama studi mereka di perguruan tinggi. Sebelum kuliah dan setelah kelulusannya, mereka akan mendapatkan pelatihan lebih lanjut sekitar 2-3 bulan dan dikirim ke desa-desa tempat dimana mereka diharapkan untuk melayani sebagai guru dan agen perubahan. Lulusan siswa SMA yang mendaftar di fakultas keguruan dapat juga dilibatkan dalam kegerakan ini.

Program serupa sedang dikembangkan di Sumba Timur. Simon Tanto, pendiri Sekolah Kristen Kasih Agape di Waingapu, Sumba Timur memelopori Gerakan ini, agar pemuda-pemudi Sumba yang pintar berkesempatan untuk melanjutkan kuliah dan pulang kembali membangun desanya. Mantan Kepala SMA Kristen Petra 2 Surabaya dan Koordinator Pendidikan Sekolah Kristen Gloria Surabaya ini, sangat peduli dengan upaya peningkatan kualitas sekolah Kristen di daerah Sumba. Di masa tuanya, ia justru menggunakan sebagian besar waktunya untuk mendidik guru-guru muda di Sumba Timur. Simon Tanto membangun Learning Center di sekolahnya, yang diresmikan oleh Gubernur NTT pada 11 Januari 2013 lalu, memang ingin mempersembahkannya untuk pendidikan di Sumba. Dengan tulus dan senang hati, ia mengundang siapapun boleh belajar dan menggunakan fasilitas learning center di sekolahnya, yang merupakan salah satu pusat belajar dengan fasilitas yang sangat lengkap dan telah diuji dalam banyak kali pertemuan webconference Surabaya – Waingapu. Kejelasan suara dan gambar, makin menimbulkan antusiasme para guru di Waingapu untuk belajar dari sekolah-sekolah yang sudah maju. Ini adalah bentuk sinergi antarsekolah yang dibangun di atas pondasi ketulusan. Sekolah-sekolah yang terlibat berusaha untuk saling membangun dan berbagi. Potret sinergi ini bagai harapan yang terbit di antara mendungnya kualitas pendidikan di Indonesia, bagai oase bagi sekolah-sekolah yang pernah merasa begitu sulitnya menjalin kerjasama yang saling memberdayakan.

“Mari terus proaktif dalam upaya pembaruan spirit membangun sekolah secara sinergis dan kolaboratif. Masyarakat pun bisa ambil bagian dalam program pendidikan secara real dan konkret,“ demikian ajak Takim Andriono, Phd, Ketua 1 MPK Indonesia.  Program Pemberdayaan Pemimpin dan Masyarakat adalah salah satu wadahnya. Dengan memanfaatkan ICT Learning Centers yang ada, program pemberdayaan dapat juga dilakukan dalam bentuk webseminar atau video streaming untuk para pemimpin gereja, anggota yayasan sekolah Kristen, perawat, dan anggota komunitas yang lain. Gereja dan sekolah Kristen diundang untuk bergabung dalam program ini untuk memperlengkapi pemimpin, orang tua dan profesional mereka yang lain dengan materi pembelajaran yang transformatif.

Berita baik untuk para pemuda di daerah yang belum berkesempatan melanjutkan pendidikan di jenjang Perguruan Tinggi adalah adanya Program Pendidikan Tinggi Indonesia berbasis Gereja dan Masyarakat.Program ini menyediakan kesempatan bagi para lulusan SMA yang potensial di daerah terpencil untuk belajar secara online di perguruan tinggi lokal sambil mulai terlibat dalam proyek yang sifatnya transformatif, seperti pertanian modern, eco-pariwisata, pengembangan kerajinan tradisional lokal dan kegiatan kreatif ekonomis lainnya. Perguruan tinggi lokal akan didukung oleh mitra perguruan tinggi TRAMPIL sebagai sebuah konsorsium. Gereja, pelaku bisnis dan komunitas Kristen dalam skala besar diharapkan memainkan peran penting untuk menjamin proses perubahan terjadi secara menyeluruh di area ini.

“Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus” (Galatia 6: 2). Mari rapatkan barisan, gumregah makaryo cancut tali wondo!

(Adhi Kristijono, M.Pd, Associate Director for Program Delivery, Gugus Tugas TRAMPIL, Majelis Pendidikan Kristen_MPK Indonesia) 

Semoga Tulisan Ini Bermafaat Bagi Kalian Kelak (bagian 1)



Potret Sekolah Kristen: Tidak Semua Sekolah Kristen Bagai Menara Gading (Bagian 1)

Tidak semua sekolah Kristen menjadi menara gading, bahkan di antaranya kontradiksi dengan istilah 'menara', yakni: terlihat tapi tak terdengar. Ungkapan ini sebenarnya merujuk kepada pandangan masyarakat tentang masih adanya sekolah Kristen yang belum bisa dijangkau oleh masyarakat dengan penghasilan rendah disebabkan oleh besarnya uang SPP per bulan. Realitanya di Surabaya masih terdapat sekolah-sekolah Kristen yang bukan hanya SPP di bawah Rp 200 ribu, bahkan ada banyak anak yang mendapat beasiswa untuk menempuh pendidikan di sekolah tersebut. Sekolah-sekolah Kristen ini biasanya tidak begitu dikenal oleh lapisan masyarakat menengah ke atas, karena suara prestasi akademik bahkan nonakademik tidak bergema di pelosok kota.

Sekolah-sekolah Kristen dengan SPP di atas 800 ribu sebulan bahkan jutaan, tidak begitu kesulitan untuk menambah inventaris fasilitas belajar yang mewah dan canggih, dan murid-murid pun bisa relatif lebih mudah mendapat pelayanan belajar yang lebih memadai. Namun bukan karena itu lalu sekolah-sekolah yang hanya menetapkan SPP murah tidak melakukan upaya-upaya perbaikan akademik. Ada banyak sekolah ‘kecil’ namun mereka punya semangat besar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolahnya.

SMP Kristen YBPK 1 Surabaya yang berlokasi di Jalan Luntas misalnya, adalah salah satu sekolah ‘kecil’ namun sebenarnya telah mampu berbicara di bidang nonakademik di level Surabaya dan sekitarnya.  Di antara puluhan ribu guru yang belum berijazah S-1 di Indonesia, tiga orang gurunya, meski sudah puluhan tahun mengabdi, karena latar belakang ekonomi pada masa mudanya tidak sempat menyelesaikan kuliah hingga program S-1nya kelar, sekarang mereka telah beberapa bulan ini terdaftar dalam program  Sarjana Kependidikan Guru dalam Jabatan (PSKGJ) = In-service Teachers Academic Qualification Development (iTAQDev) yang diselenggarakan oleh Majelis Pendidikan Kristen (MPK) Indonesia. Dalam waktu dekat tiga orang guru itu akan menempuh kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Surabaya, meski usia makin menua, semangat belajar mereka masih sangat tinggi.

Murid-murid SMPK YBPK 1 jalan Luntas Surabaya juga berkiprah dalam kegiatan seni yang kualitasnya sangat diterima di masyarakat kota Surabaya. Pada perayaan Natal keluarga besar PLN Jawa Timur lalu di Gramedia Expo, sekitar 50 siswa-siswi bergabung dengan siswa-siswa SMP Kristen Baithani Morororejo Pasuruan, dibawah penyutradaraan tim dan crew VMBroadcast  Yayasan Pendidikan Visi Misi menampilan sebuah oratorium kolosal tentang Natal dalam peristiwa perang. Mereka mendapatkan aplaus dan dukunga besar dari 1000-an penonton karena telah memainkan penampilan kolosal dengan sangat heboh, meriah, dan atraktif.

Beberapa murid dari SMP Kristen Baithani Mororejo yang unjuk diri dengan kemampuan silatnya dan toyanya sangat memukau penonton. Penampilan oratorium Perang/Terang Membawa Damai yang dimainkan oleh sekitar 80an pemain teater itu. Anak-anak dari desa pun, desa Mororejo berada di  wilayah Kabuaten Pasuruan, merupakan salah satu wilayah suku Tengger ternyata bisa unjuk diri di kota Surabaya.  Ini artinya kualitas pembelajaran tidak melulu harus disuport oleh keuangan yang besar. Memang  benar, untuk maju perlu dana, tapi mustinya dana tidak harus membuat upaya maju terhambat. Semangat dan antusiasme melakukan perbaikan mutulah yang harus dipegang teguh oleh para guru terutama di daerah pedesaan.

Mereka memungkinkan maju, karena usaha yang tanpa menyerah untuk melakukan perbaikan kualitas. Para guru SMP dan SMA Kristen Baithani adalah salah satu contoh sosok guru-guru  yang punya cita-cita besar untuk muridnya dan selalu berusaha dengan optimal untuk meraihnya meski tidak gampang melakukannya. Mereka telah berhasil memproduksi beberapa film pendek dan satu film panjang yang hampir jadi. Sebuah film pendidikan yang semula dibuat sebagai wahana mengakomodasi talenta para guru dan muridnya, kemudian menjadi alat bagi pemerintah daerah Kabupaten Pasuruan untuk menjadi media promosi destinasi pariwisata. Sekarang para guru sekolah Baithani sedang sibuk membuat sebuah penampilan sendratari yang dikemas secara teatrikal untuk alat promosi kawasan Tengger. Sebuah sendratari tentang Rara Anteng dan Jaka Seger ini akan dipentaskan pada bulan Maret-April di Surabaya dan Agustus di Kawasan Tengger. 

Sekolah Kristen Baithani adalah salah satu sekolah yang memiliki 2 (dua) Learning Center di Indonesia. Mereka bergabung dengan tim TRAMPIL (Transformasi Pendidikan Melalui E-learning) dalam program = In-service Teachers Academic Qualification Development (iTAQDev).  Bekerja sama dengan beberapa perguruan tinggi yang ditunjuk oleh pemerintah, mereka berharap pemerintah mengakui ijazah S-1 dari PT-PT yang menjadi mitra TRAMPIL  yang dilakukan secara webconference ini. Ada banyak guru di daerah/pelosok yang bisa mengakses dan ikut serta program dalam program Trampil ini. Majelis Pendidikan Kristen (MPK) Indonesia sebagai penyelenggaranya melayani semua guru-guru swasta dari daerah tepencil yang ingin kuiah S-1 melalui berdirinya learning center-learning center di berbagai kawasan di Indonesia. Diharapkan program ini bisa benkembang dan kelak bisa dbuka perkuliahan Trampil untuk semua jurusan yang diperlukan sesuai kurikulum dan mudah diakses oleh masyarakat dari pelosok Indonesia.

Mealui pusat belajar yang berdiri di banyak kota di Indonesia, terutama di sekolah-sekolah Kristen di daerah, diharapkan guru-guru yang belum S-1 dan yang sudah S-1 namun ingin belajar terus bisa ikut serta dalam perkuliahan program Trampil ini. Di masa depan diharapkan guru-guru dari sekolah-sekolah terpelosok memiliki Lerning Center sehingga dapat mengikuti program perkuliahan Trampil. Lalu sekolah-sekolah mendapatkan layanan kurikulum pelatihan yang terkini dan mampu menjawab kebutuhan guru-guru lokal. Guru dan murid dari sekolah-sekolah yang membutuhkan bisa join dengan kelas Trampil. Guru dan murid mendapatkan layanan mata pelajaran yang secara spesifik sangat dibutuhkan oleh sekolah dan perkuliahan webconference dapat berlangsung secara intensif. Guru dan murid dari sekolah-sekolah pelosok dan atau tertinggal dapat join dalam kegiatan Online Tutorial yang dipandu oleh guru-guru ahli tingkat nasional.

Kisah singkat ini adalah contoh sederhana tentang antusiasme para pelaku pendidikan dan anak didiknya dengan label sekolah Kristen kecil, tapi mereka sedang membuat sejarah besar untuk komunitas di mana mereka berada.  Mereka pun antusias dan semangat belajar! Masih ada harapan untuk maju bagi pendidikan Kristen. Tidak semua sekolah Kristen mahal, dan tidak harus sekolah itu mahal. Asal pengurus, kepala sekolah, dan gurunya mau berpikir 'out of the box', seperti guru-guru di Tosari - Tengger, yang mulai menggagas adanya museum Majapahit di kawasan Tengger dan membangun situs-situs yang mencerminkan pernah datangnya rakyat Majapahit di bumi Tengger sebagai wisata edukasi rekreatif. Kita doakan. Sekolah Kristen berdiri untuk semua lapisan. Dan sekolah itu harus bisa melayani komunitas di mana sekolah berada. (bersambung)

(Adhi Kristijono, M.Pd, Associate Director for Program Delivery, Gugus Tugas TRAMPIL – MPK Indonesia)

Rabu, 13 Februari 2013

Aku Pernah Takut, Anakku

Tak pernah terbayangan bahwa aku meninggalkan kalian, tak pernah terlintas aku menikmati hari-hari tanpa kalian, tak pernah bermimpi jika aku harus pergi dan membubung tinggi sedang kalian di bawah meratapiku,
tak pernah berharap aku memenuhi panggilan Bapa sedang kalian masih harus menggapai cita-cita, Itulah hari di puncak rasa gundah, sakit, dan tak berdaya, sepanjang minggu teronggok di kasur tanpa kekuatan.
Itulah lagu sendu, mengikis kekuatanku, meluruhkan kegesitanku, memporak-porandakan hari-hari hingar bingarku, Keletihan tubuh, kusut masainya pikiranku, memicu tekanan darah hingga 220, mememecah pembuluh darah hidungku hingga menyemburkan darah tertumpah-tumpah, hingga menitikkan tetes demi tetes mengalirkan darah memerahi puluhan hingga ratusan tisue di dini hari hanya terjaga di mimpi. Oooh wahai, hari seperti itu tak pernah kukira, waktu seperti itu tiba tak pernah kujumpa, saat sepi mendorongku hingga ke pinggir harap, menutup jendela harap, menyembunyikanku dari sungai pengaharapan yang pernah kulayari, melemparkanku dari padang yang pernah membaringkanku, menenggelamkanku dari lautan yang pernah menghdupiku. Oooh wahai, aku tak pernah ingin meninggalkanmu, sendiri, meniti hari-hari pedih, sementara masih kusimpan catatan kecilmu tentang harapan dan mimpi, tentang doa-doamu buat kita semua. Aku mencintaimu, Anak-anakku. Aku pernah takut dan kin tidak lagi. Aku pernah kuatir dan kini tidak lagi. Kini kuberani berkata padamu, kuatlah kalian di dalam rumah Bapa, karena kalain tak pernah sendiri, bukan aku yang menuntunmu, yang mengajagaimu, yang membelai letihmu, yang mengusap basah keringatmu, yang menghembushilangkan kuatir dan takutmu. tapi DIA yang telah menjahit hidup tiap-tiap inci hari-hari kita, DIA yang akan membelaimu hangat dalam sepi dan dinginmu, saat mengejar citamu.

(salam sayang selalu, saat bapak mulai sembuh dari sakit, dan ingin selalu memeluk kalian tiap waktu)