Kamis, 14 Februari 2013

Semoga Tulisan Ini Bermafaat Bagi Kalian Kelak (bagian 1)



Potret Sekolah Kristen: Tidak Semua Sekolah Kristen Bagai Menara Gading (Bagian 1)

Tidak semua sekolah Kristen menjadi menara gading, bahkan di antaranya kontradiksi dengan istilah 'menara', yakni: terlihat tapi tak terdengar. Ungkapan ini sebenarnya merujuk kepada pandangan masyarakat tentang masih adanya sekolah Kristen yang belum bisa dijangkau oleh masyarakat dengan penghasilan rendah disebabkan oleh besarnya uang SPP per bulan. Realitanya di Surabaya masih terdapat sekolah-sekolah Kristen yang bukan hanya SPP di bawah Rp 200 ribu, bahkan ada banyak anak yang mendapat beasiswa untuk menempuh pendidikan di sekolah tersebut. Sekolah-sekolah Kristen ini biasanya tidak begitu dikenal oleh lapisan masyarakat menengah ke atas, karena suara prestasi akademik bahkan nonakademik tidak bergema di pelosok kota.

Sekolah-sekolah Kristen dengan SPP di atas 800 ribu sebulan bahkan jutaan, tidak begitu kesulitan untuk menambah inventaris fasilitas belajar yang mewah dan canggih, dan murid-murid pun bisa relatif lebih mudah mendapat pelayanan belajar yang lebih memadai. Namun bukan karena itu lalu sekolah-sekolah yang hanya menetapkan SPP murah tidak melakukan upaya-upaya perbaikan akademik. Ada banyak sekolah ‘kecil’ namun mereka punya semangat besar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolahnya.

SMP Kristen YBPK 1 Surabaya yang berlokasi di Jalan Luntas misalnya, adalah salah satu sekolah ‘kecil’ namun sebenarnya telah mampu berbicara di bidang nonakademik di level Surabaya dan sekitarnya.  Di antara puluhan ribu guru yang belum berijazah S-1 di Indonesia, tiga orang gurunya, meski sudah puluhan tahun mengabdi, karena latar belakang ekonomi pada masa mudanya tidak sempat menyelesaikan kuliah hingga program S-1nya kelar, sekarang mereka telah beberapa bulan ini terdaftar dalam program  Sarjana Kependidikan Guru dalam Jabatan (PSKGJ) = In-service Teachers Academic Qualification Development (iTAQDev) yang diselenggarakan oleh Majelis Pendidikan Kristen (MPK) Indonesia. Dalam waktu dekat tiga orang guru itu akan menempuh kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Surabaya, meski usia makin menua, semangat belajar mereka masih sangat tinggi.

Murid-murid SMPK YBPK 1 jalan Luntas Surabaya juga berkiprah dalam kegiatan seni yang kualitasnya sangat diterima di masyarakat kota Surabaya. Pada perayaan Natal keluarga besar PLN Jawa Timur lalu di Gramedia Expo, sekitar 50 siswa-siswi bergabung dengan siswa-siswa SMP Kristen Baithani Morororejo Pasuruan, dibawah penyutradaraan tim dan crew VMBroadcast  Yayasan Pendidikan Visi Misi menampilan sebuah oratorium kolosal tentang Natal dalam peristiwa perang. Mereka mendapatkan aplaus dan dukunga besar dari 1000-an penonton karena telah memainkan penampilan kolosal dengan sangat heboh, meriah, dan atraktif.

Beberapa murid dari SMP Kristen Baithani Mororejo yang unjuk diri dengan kemampuan silatnya dan toyanya sangat memukau penonton. Penampilan oratorium Perang/Terang Membawa Damai yang dimainkan oleh sekitar 80an pemain teater itu. Anak-anak dari desa pun, desa Mororejo berada di  wilayah Kabuaten Pasuruan, merupakan salah satu wilayah suku Tengger ternyata bisa unjuk diri di kota Surabaya.  Ini artinya kualitas pembelajaran tidak melulu harus disuport oleh keuangan yang besar. Memang  benar, untuk maju perlu dana, tapi mustinya dana tidak harus membuat upaya maju terhambat. Semangat dan antusiasme melakukan perbaikan mutulah yang harus dipegang teguh oleh para guru terutama di daerah pedesaan.

Mereka memungkinkan maju, karena usaha yang tanpa menyerah untuk melakukan perbaikan kualitas. Para guru SMP dan SMA Kristen Baithani adalah salah satu contoh sosok guru-guru  yang punya cita-cita besar untuk muridnya dan selalu berusaha dengan optimal untuk meraihnya meski tidak gampang melakukannya. Mereka telah berhasil memproduksi beberapa film pendek dan satu film panjang yang hampir jadi. Sebuah film pendidikan yang semula dibuat sebagai wahana mengakomodasi talenta para guru dan muridnya, kemudian menjadi alat bagi pemerintah daerah Kabupaten Pasuruan untuk menjadi media promosi destinasi pariwisata. Sekarang para guru sekolah Baithani sedang sibuk membuat sebuah penampilan sendratari yang dikemas secara teatrikal untuk alat promosi kawasan Tengger. Sebuah sendratari tentang Rara Anteng dan Jaka Seger ini akan dipentaskan pada bulan Maret-April di Surabaya dan Agustus di Kawasan Tengger. 

Sekolah Kristen Baithani adalah salah satu sekolah yang memiliki 2 (dua) Learning Center di Indonesia. Mereka bergabung dengan tim TRAMPIL (Transformasi Pendidikan Melalui E-learning) dalam program = In-service Teachers Academic Qualification Development (iTAQDev).  Bekerja sama dengan beberapa perguruan tinggi yang ditunjuk oleh pemerintah, mereka berharap pemerintah mengakui ijazah S-1 dari PT-PT yang menjadi mitra TRAMPIL  yang dilakukan secara webconference ini. Ada banyak guru di daerah/pelosok yang bisa mengakses dan ikut serta program dalam program Trampil ini. Majelis Pendidikan Kristen (MPK) Indonesia sebagai penyelenggaranya melayani semua guru-guru swasta dari daerah tepencil yang ingin kuiah S-1 melalui berdirinya learning center-learning center di berbagai kawasan di Indonesia. Diharapkan program ini bisa benkembang dan kelak bisa dbuka perkuliahan Trampil untuk semua jurusan yang diperlukan sesuai kurikulum dan mudah diakses oleh masyarakat dari pelosok Indonesia.

Mealui pusat belajar yang berdiri di banyak kota di Indonesia, terutama di sekolah-sekolah Kristen di daerah, diharapkan guru-guru yang belum S-1 dan yang sudah S-1 namun ingin belajar terus bisa ikut serta dalam perkuliahan program Trampil ini. Di masa depan diharapkan guru-guru dari sekolah-sekolah terpelosok memiliki Lerning Center sehingga dapat mengikuti program perkuliahan Trampil. Lalu sekolah-sekolah mendapatkan layanan kurikulum pelatihan yang terkini dan mampu menjawab kebutuhan guru-guru lokal. Guru dan murid dari sekolah-sekolah yang membutuhkan bisa join dengan kelas Trampil. Guru dan murid mendapatkan layanan mata pelajaran yang secara spesifik sangat dibutuhkan oleh sekolah dan perkuliahan webconference dapat berlangsung secara intensif. Guru dan murid dari sekolah-sekolah pelosok dan atau tertinggal dapat join dalam kegiatan Online Tutorial yang dipandu oleh guru-guru ahli tingkat nasional.

Kisah singkat ini adalah contoh sederhana tentang antusiasme para pelaku pendidikan dan anak didiknya dengan label sekolah Kristen kecil, tapi mereka sedang membuat sejarah besar untuk komunitas di mana mereka berada.  Mereka pun antusias dan semangat belajar! Masih ada harapan untuk maju bagi pendidikan Kristen. Tidak semua sekolah Kristen mahal, dan tidak harus sekolah itu mahal. Asal pengurus, kepala sekolah, dan gurunya mau berpikir 'out of the box', seperti guru-guru di Tosari - Tengger, yang mulai menggagas adanya museum Majapahit di kawasan Tengger dan membangun situs-situs yang mencerminkan pernah datangnya rakyat Majapahit di bumi Tengger sebagai wisata edukasi rekreatif. Kita doakan. Sekolah Kristen berdiri untuk semua lapisan. Dan sekolah itu harus bisa melayani komunitas di mana sekolah berada. (bersambung)

(Adhi Kristijono, M.Pd, Associate Director for Program Delivery, Gugus Tugas TRAMPIL – MPK Indonesia)

1 komentar:

agen sbobet mengatakan...

benar" bermanfaat bro, tengkyu bro