Ini adalah 2 puisi Gagas yang kami temukan di bawah kursi beberapa hari lalu. Kuambil dan kutulis puisi ini tanpa sepengetahuannya. Coba aja kalo tahu, gak bakal dia memperbolehkannya. Kami baca buku-buku yang penuh dengan hasil coret-mencoretnya, kalo dia memergoki langsung aja teriakannya menggema dan buku tersebut disambernya. Sehingga bapak ibunya harus sembunyi-sembunyi untuk membacanya. Dua puisi ini kupindahkan ke web blog supaya Gagas kelak membaca sendiri puisi ciptaannya yang sempat tercecer dan kami simpan. Kelak ia tahu bahwa bapak ibunya menyimpan tulisan-tulisan kreatifnya. Tanpa ia sadari. Begitu banyak tulisan-tulisannya, menghabiskan belasan buku di tahun 2009 ini.
Ayo Gagas menulis terus seperti ungkapan kejujuran dan pertanyaan ajaib yang tersirat dalam puisi ini:
SABAR
Sabar membuat kita menjadi rukun
Sabar membuat kita menjadi disenangi orang
Setiap hari aku melakukan hal dengan sabar
Setiap orang pasti bernah bersabar di segala hal
Sabar tidak memaksakan kehendak
Sabar suatu hati nurani
Setiap hari-hari yang dijalani pasti ada kesabaran
Sabar membimbing kita tidak membalas jahat dengan kejahatan
(Gagas, Oktober 2009)
PEMANDANGAN
bukit-bukit berjejer rapi bagai elang terbang
pohon juga berjejer rapi bagai kura-kura berjalan
semak duri juga ada melambangkan sakitnya Yesus
bahkan danau juga ada bagai sebuah sawah besar
indah sekali pemandangan ini
seperti sebuah lukisan yang tergambar di kanvas
siapa yang membuat ini
siapa yang menciptakan ini
(Gagas, Oktober 2009)
Bapak sangat senang membaca tulisanmu ini, Gas. Bapak harap kamu makin hari makin mencintai aktivitas menulis. Kembangkan terus, Sayang.