Bapak di Kantor Kalam Kudus Center,
Gedung APL Tower lt 12 Jakbar.
Kado Pesan Cinta untuk Anak-anakku Adyaning Raras Anggita Kumara (10 Agustus 1997) dan Agastya Pandu Wisesa (13 September 2001)
Tak pernah terbayangan bahwa aku meninggalkan kalian, tak pernah terlintas aku menikmati hari-hari tanpa kalian, tak pernah bermimpi jika aku harus pergi dan membubung tinggi sedang kalian di bawah meratapiku,
tak pernah berharap aku memenuhi panggilan Bapa sedang kalian masih harus menggapai cita-cita, Itulah hari di puncak rasa gundah, sakit, dan tak berdaya, sepanjang minggu teronggok di kasur tanpa kekuatan.
Itulah lagu sendu, mengikis kekuatanku, meluruhkan kegesitanku, memporak-porandakan hari-hari hingar bingarku, Keletihan tubuh, kusut masainya pikiranku, memicu tekanan darah hingga 220, mememecah pembuluh darah hidungku hingga menyemburkan darah tertumpah-tumpah, hingga menitikkan tetes demi tetes mengalirkan darah memerahi puluhan hingga ratusan tisue di dini hari hanya terjaga di mimpi. Oooh wahai, hari seperti itu tak pernah kukira, waktu seperti itu tiba tak pernah kujumpa, saat sepi mendorongku hingga ke pinggir harap, menutup jendela harap, menyembunyikanku dari sungai pengaharapan yang pernah kulayari, melemparkanku dari padang yang pernah membaringkanku, menenggelamkanku dari lautan yang pernah menghdupiku. Oooh wahai, aku tak pernah ingin meninggalkanmu, sendiri, meniti hari-hari pedih, sementara masih kusimpan catatan kecilmu tentang harapan dan mimpi, tentang doa-doamu buat kita semua. Aku mencintaimu, Anak-anakku. Aku pernah takut dan kin tidak lagi. Aku pernah kuatir dan kini tidak lagi. Kini kuberani berkata padamu, kuatlah kalian di dalam rumah Bapa, karena kalain tak pernah sendiri, bukan aku yang menuntunmu, yang mengajagaimu, yang membelai letihmu, yang mengusap basah keringatmu, yang menghembushilangkan kuatir dan takutmu. tapi DIA yang telah menjahit hidup tiap-tiap inci hari-hari kita, DIA yang akan membelaimu hangat dalam sepi dan dinginmu, saat mengejar citamu.
(salam sayang selalu, saat bapak mulai sembuh dari sakit, dan ingin selalu memeluk kalian tiap waktu)
Anak-anakku Raras dan Gagas, begitu lama Bapak tidak nulis di blog untuk kalian. Betapa banyak kesibukan. Setelah menuntaskan kegiatan shooting pada Februari hingga Mei lalu, Bapak langsung tancap gas untuk membangun proyek baru pembangunan kegiatan TRAMPIL - Transformasi Melalui Pendidikan dengan e-Learning.
RasGas, selama bulan Februari hingga Oktober ini begitu banyak pengalaman baru yang bapak peroleh. Menuntaskan kegiatan shooting adalah kelegaan besar. Sebuah pengalaman pertama untuk penggarapan film 145 menit telah Bapak lalui. Biasanya hanya nggarap film dengan durasi 30-45 menit, dengan biaya di bawah Rp 5 juta, sekarang memerlukan hampir 100 juta plus sebuah film pengantar VIA DOLOROSA. Film KELAS XI memang belum selesai sekarang, masih pending pada tahap ilustrasi musik dan pembuatan animasi. Bapak optimis Om Denny dan Om Pandu bisa segera menyelesaikannya.
Mengembangkan kelas-kelas Learning Center di Jombang, Denpasar, Batam, Pasuruan, dan sekarang di Lumajang dan Sumba, adalah pengalaman baru yang lain lagi. Misi besar yang diusung TRAMPIL untuk membantu guru-guru yang belum S-1 di pelosok, itu menjadi pendorong bagi Bapak untuk membuatkan modul-modul belajar bagi mereka. Syukurlah sudah ada beberapa pusat belajar yang bisa berdiri dengan pertolongan Tuhan. Syukurlah sudah melewati 1 tahapan besar untuk memberi pengajaran, dan sekarang masuk ke tahap baru lagi. Kalian ingat, anak-anak, belajar itu tanpa henti. Jangan mudah putus asa dan gampang goyah dengan berbagai macam cobaan dan godaan. Spirit belajarmu itu sangat menentukan kelak bagaimana kalian mau dan mampu memberi diri untuk sesama.
Selamat belajar yang Sayang. Dan jangan lupa, doakan agar Ibu cepat pulih dari sakitnya. Akhir-akhir ini Ibu sering sakit karena terlalu capek bekerja di sekolah. Kalian juga mulai membiasakan diri untuk belajar keras ya, agar kelak kalian sudah terbiasa untuk bekerja keras. Iya, memang bekerja cerdas lebih baik dari bekerja keras. Namun bersiaplah untuk belajar keras, agar mampu belajar keras, apabila situasi meminta kalian melakukannya. Selamat belajar anak-anakku, Sayang.
Doa bapak ibu untuk kalian.
Catatan ini adalah catatan lama, tapi mencerminkan catatan hati hari ini, tentang betapa bahagia itu tak perlu dicari kemana-mana ketika situasi dan kondisi memungkinkan kita untuk menikmatinya, tanpa harus memiliki keinginan lain yang sulit ditangkup. Setangkup kebahagiaan pun cukuplah, tanpa harus baru merasa bahagia ketika memiliki bertangkup-tangkup.
Aku nikmati membaca buku bersama anak-anak dan istri. Bersama menulis dan saling bercerita. Bersama bertutur tentang indahnya hari ini, indahnya berkat Tuhan yang selalu bri sukacita cita di hati. Bercengkerama bersama keluarga sambil minum teh sesekali, dan kue kering yang dicelup dalam manisnya teh gopek, serta mendengar alunan merdu Sari Simorangkir, adalah sedikit kesuksesan terbesar yang pernah kuraih.
Sedikit kesuksesan yang lain adalah tatkala di atas vario bisa menikmati hijau daun, hembusan angin, dan bau tanah di sepanjang jalan raya Juanda - Puri Permata. Sambil mengamati kerajinan Pak Tani dan Bu Tani yang sedang tandur. Kerja sama cantik mewarna hijau padi di sawah camp AL. Persis seperti kesuksesan menikmati pangsit mie Rasta, di pinggiran sawah pabean sambil sesekali meneguk cola, dan menatap berganti-ganti pesawat menghujam pelan di landasan pacu Juanda.
Bahkan kesuksesan ini masih kalah dengan kesuksesan menikmati sepiring penuh, bahkan tak muat di piringnya oleh rempeyek dan kerupuk kuning istimewa, tatkala menikmati nasi Tumpang di sebuah warung tenda di jalan raya Kendang Sari, yang rasanya bagai menghirup udara dan sebungkus nasi tumpang asli Papar Kediri. Ini juga sama dengan kesuksesan ketika menikmati beras kencur dingin di tepi Sedati Asri. Tak beda jauh dengan kesukaan melihat kenyamanan Raras menikmati kulit dada diusap sambal di atas cobek bikinan Mbah-nya atau Gagas yang menikmati lezatnya dada bebek di jalan raya Rungkut Asri Tengah.
Ini pula kesuksesan di suatu pagi hari ketika dana tak segera cair, padahal waktu shooting sudah di ambang hari esok, tapi tetap bisa merasai kenikmatan bahwa jalan itu tak selalu lancar, dan bumi ini sangat indah, jika kita tanpa apa-apa, bisa menikmati apa-apa dengan ucap syukur mendalam. Indahnya tidak terletak di tanah atau orang yang mejadi saluran rejeki atau institusi yang jadi sandaran berkat, tapi indahnya sudah ada di dalam hati, bersemi memekar jauh di lubuh hati, yang tiap mentari memecah gelap dan bulan sembunyi di awap gelap, ia tetap ada di sana, kita saja yang tak sadar kehadirannya.
Tak peduli ada rasa kecewa ketika negeri ini tak seramah cerita dahulu kala, atau sepenggal cerita duka melihat masih ada sekolah tak mampu berikhtiar mencari dana dan talenta anak bangsa terbiarkan tumbuh di jejalanan tanpa siraman hangat sebuah upaya keras ‘tetap melayani apapun yang terjadi’, tak gentar dengan kegagalan yang datang menerpa tanpa diduga, atau bahkan ketika harapan tak seperti cita-cita, bumi ini sebenarnya masih indah, seperti indahnya hati menatap gembira ketika abang becak dapat panggilan menggenjot becak, pasca dompetnya melompong tuk bayar tukang tambal ban yang menghabiskan ongkos yang diterimanya 4 pp mengantar penumpang, yang kutemui di Manyar Kertoajo kemarin sore, atau setiap aroma yang semerbak mewangi membaui segarnya bau tanah pasca hujan. Selalu berbau wangi meski di tanah berkotoran sapi, atau di tanah kandang ayam milik Kakung dan Uti-nya Raras Gagas.
Di tengah arus deras perkembangan trend pembuatan mading, bapak pada tgl 11-12 November lalu mendampingi anak-anak SMP YBPK, bahwa yang lebih penting dari membuat mading 2D atau 3D atau mading gerak, penulisan bentuk-bentuk jurnalistik sesuai dengan prinsip-prinsipnya adalah hal penting. Estetika adalah nomor sekian, menulis baik lebih dulu baru menghias dengan kreatif.
Memang dibutuhkan waktu yang banyak untuk membuat mereka cakap menulis, tetapi 2 hari itu adalah cukup untuk menularkan virus, bahwa kreativitas itu peru dilatih, teguh dengan prinsip orisinalitas ide, di tengah maraknya model-model yang berangkat dari peniruan.
Kreativitasmu tidak begitu saja muncul, anak-anakku. Kalian harus punya jam terbang banyak untuk berlatif menjadi orang kreatif. Lakukanlah setiap hari, hingga itu menjadi paradigma berpikirmu dalam memandang segala hal. Tuhan akan menolongmu.
Pada tanggal 21-23 Oktober lalu Bapak bersama tim Bapak, antara lain: Tante Farida, Om Bas, dam Om Andreas, melayani SMP YBPK untul membuat perbedaan. Latihan menulis naskah berita, latihan meliput, mewawancarai nara sumber, latihan membuat desai acara radio, latihan mengemas sebuah acara siaran radio, hingga melakukan penyiaran langsung. Mereka berlatih on air yang mampu disebarluaskan di hampir wilayah desar Mojowarno hingga desa-desa di sekitarnya.
Percayalah anak-anakku, talentamu itu akan makin berkembang jikalau kamu juga berinisiatif untuk menggali, mengembangkannya, dan membagikannya kepada mereka yang membutuhkan. Kalian diberi kemampuan oleh Tuhan bukan untuk disimpan, tapi untuk dikembangkan dan kelak kamu bagikan kepada sesama, hingga talentamu itu menjadi berkat bagi sesama.
Berlatihlah, Sayang. Selalu, tanpa merasa lelah. Kamu akan bisa mencapai level yang tak pernah engkau duga jika kau memberikan semangatmu 100%.